Perkuat Alutsista, Batan Sukses Kembangkan Cat Antiradar

Nasional903 Dilihat

JAKARTA NEWS – JAM 14.35 WIB

Kapal TNI Angkatan Laut yang dicat dengan cat antideteksi radar berhasil diuji coba pada Jumat (29/3) di Pantai Mutiara, Jakarta Utara. Kapal dengan cat antiradar layaknya kapal siluman ini tidak terdeteksi radar. Teknologi ini penting untuk meningkatkan keandalan sistem utama alat utama sistem persenjataan (alutsista).

Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), Jumain Appe mengatakan, inovasi cat antiradar ini merupakan salah satu penelitian Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) dengan bahan baku logam tanah jarang.

“Jadi tingkat kandungan komponen dalam negerinya hampir 100%. Cat antiradar yang tidak terdeteksi radar ini dibuat lewat kerja sama PT Sigma Utama Paint,” katanya di sela-sela uji coba kapal dengan cat antideteksi radar di Pantai Mutiara, Jakarta Utara, Jumat (29/3).

Selain itu riset yang dimulai sejak tahun 2015 ini juga melibatkan TNI Angkatan Laut dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Meski dari ujicoba ini diketahui bahwa teknologi itu perlu penyempurnaan, Jumain menilai cat antideteksi radar ini sudah sangat baik. Menurutnya, jika ingin benar-benar luput dari deteksi radar, kapal harus memiliki bentuk kapal siluman sehingga bagian buritan kapal bisa dicat sempurna.

Kapal patroli keamanan laut TNI AL yang diuji coba ini memang memiliki sedikit bagian dan perangkat kapal yang sulit dicat karena bentuknya rumit seperti di bagian buritan kapal. Namun lewat uji coba ini akan dilakukan penyempurnaan.

“Secara umum uji coba ini sudah cukup bagus, bisa diproduksi ke depan. Untuk produksi massal akan dibicarakan dengan PT Sigma Utama dengan pengguna TNI AL. Cat ini tidak boleh dibuat dan dijual sembarangan. Kalau dipakai kapal penyeludup, bahaya,” tandasnya.

Teknologi antideteksi radar ini berbasis smart magnet dengan memanfaatkan material logam tanah jarang.

Peneliti Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju Batan, Wisnu Ari Adi mengatakan, penelitian cat antideteksi radar ini merupakan pengembangan dari kemampuan Batan dalam mengolah pasir monasit menjadi logam tanah jarang.

Penelitian ini dimulai tahun 2015 dan tahun 2017 telah berhasil dibuat purwarupa skala percontohan berupa cat antideteksi radar yang telah diaplikasikan pada potongan plat kapal logam dari alumunium dan besi yang tidak dapat dideteksi oleh radar pada frekuensi X-band (8-12 GHz).

Ditambahkannya, teknologi ini merupakan teknologi terkini dan hanya dimiliki oleh negara-negara maju.

“Ini merupakan teknologi yang mampu menyerap gelombang radar pada frekuensi tertentu. Teknologi ini hanya dimiliki oleh negara-negara maju dan tidak bersifat komersial karena merupakan bahan yang sangat strategis untuk pertahanan nasional suatu negara,” papar Wisnu.

Wisnu menambahkan, bahan cat antiradar ini merupakan bahan maju buatan yang memiliki sifat seperti gelombang elektromagnetik yang tersusun dari kombinasi unsur logam tanah jarang dan unsur logam transisi yang struktur magnetiknya hanya bisa diuji dengan menggunakan teknologi nuklir.

“Di kawasan Asia Tenggara, hanya Batan yang mampu melakukan pengujian bahan dengan menggunakan teknologi berkas neutron. Teknik pengujian ini mampu menjelaskan berbagai interaksi magnetik dan elektrik yang terjadi di dalam bahan,” ungkapnya.

Meski bisa dioperasikan tidak terdekteksi radar, untuk mengetahui posisi kapal bisa diketahui jika reflektor di kapal dinyalakan.

Sejak tahun 2015, kegiatan ini mendapat pendanaan dari program inovasi industri Kemristekdikti. (SP/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *