Jakarta News- Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengomentari fenomena cuaca panas yang melanda Indonesia sejak beberapa waktu terakhir. Menurut lembaga tersebut, musim kemarau akan berlangsung lebih panjang dari akhir Mei hingga September, Kamis (18/5/2023).
Cuaca yang terasa gerah ini menurut BMKG merupakan siklus yang normal dan terjadi tiap tahun. Penyebabnya adalah terjadinya gerak semu Matahari.
Siklus tahunan ini berdampak pada wilayah Jawa. Pada bulan April dan Mei, suhunya sedikit naik dan akan memuncak kembali pada Oktober.
“Menurun tapi tentunya tidak seperti di wilayah lain seperti di Eropa dan Amerika yang mencapai 20-an derajat [Celcius],” ujar Kepala Pusat Layanan Iklim Terapan BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan yang dilansir dari CNBC Indonesia
Indonesia merupakan negara tropis. Sena menjelaskan temperaturnya akan berada sekitar 30-an derajat celcius dan relatif konstan.
Mengingat kondisi ini, masyarakat disarankan untuk menyesuaikan aktivitas di luar ruangan. Selain itu, penting untuk menggunakan pelindung diri dari sinar Matahari seperti payung, topi, atau tabir surya.
Sena juga mengingatkan masyarakat Indonesia tetap waspada. Pasalnya, sekarang merupakan waktu peralihan musim hujan ke kemarau.
“Tentunya ini juga perlu diantisipasi oleh masyarakat untuk menghadapi kekeringan yang nanti akan terjadi,” tuturnya.
Wilayah yang berpotensi terdampak kekeringan adalah Indonesia di wilayah bagian selatan khatulistiwa dengan perbedaan cukup jelas antara musim hujan dan kemarau. Mulai dari Jawa-Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan sebagian besar pulau Sumatra dari Riau ke bagian selatan.
“Berbeda dengan 3 tahun belakangan di mana kita kondisinya cukup basah, karena 3 tahun ke belakang kita mengalami kondisi La Nina.” pungkasnya. (int)