Implementasi “Hand Only CPR” Dalam Metode “Pak Tolong Pijat”

Daerah, Sibolga1040 Dilihat

SIBOLGA NEWS – JAM 11.00 WIB

CPR (Cardio-Pulmonary Resuscitation) merupakan sebuah guidelines bantuan hidup dasar yang dikembangkan oleh AHA (American Hearth Assosiation). Guidelines ini dikembangkan dan dilakukan evaluasi setiap 5 tahun sekali. Yang terakhir dikenal dengan istilah “guidelines AHA 2015”.

Di dalam guidelines ini tak banyak berubah dari quidelines sebelum nya (tahun 2010). Hanya saja ada penyempurnaan di beberapa metode. Salah satunya Bantuah Hidup Dasar (BHD) untuk awam.

Dalam guidelines 2015 dikatakan bahwa untuk awam, BLS (Basic Live Support)  yang digunakan tak sekomplek untuk mereka yang bekerja di fasilitas layanan kesehatan. Hal spesifik yang membedakannya adalah ketiadaan ventilasi (pemberian nafas buatan).

Orang awam cukup melakukan pemijatan saja hingga datang penolong yang lebih ahli, penolong sudah letih atau adanya tanda – tanda kematian pada korban.

Hand – Only CPR, karena diperuntukkan bagi awam, maka penggunaan bahasa awam dan mudah mereka mengerti sangat diperlukan. Untuk itu lah kami memudahkannya dengan istilah “Pak-Tolong Pijat” istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh Martony Calvein Instruktur BTCLS Hipgabi Sumatera Utara

Ketika menemukan orang yang tidak sadarkan diri, maka tahap awal yang kita lakukan tetap dengan terlebih dahulu mengamankan diri penolong, mengamankan korban dan memastikan bahwa lingkungan tempat kita memberikan pertolongan aman.

Selanjutnya, kita lakukan tahapan “Pak Tolong Pijat” tersebut yang artinya Pak yaitu sebuah metode merespon korban dengan menepuk pundak serta memanggil sekuat – kuatnya korban. Pak merupakan suara tepukan tersebut yaitu “pak…pak…pak”

Sedangkan dalam artian lain, pak merupakan sapaan bagi korban, yang dalam hal ini kita anggap laki-laki. “Pak…pak…pak…!!!” Kalau korban tak merespon, maka kita melanjutkan dengan meminta pertolongan.

Sedangkan, Tolong adalah meminta tolong di lapangan salah satunya dengan menjerit sekuat – kuatnya. Ketika meminta pertolongan, catatan penting yang harus kita ingat adalah jangan jauh dari korban. Meminta bantuan bisa pula dengan menggunakan telepon atau alat komunikasi lainnya.

Keraskan suara telepon atau gunakan speaker  agar kita bisa melakukan instruksi dari tim yang memandu kita via telepon/gawai. Saat meminta pertolongan, informasi awal yang harus kita tegaskan adalah lokasi dan kondisi. Dimana alamat lengkap lokasi kejadian, dan bagaimana kondisi terkini korban yang kemungkinan mengancam nyawanya.

Sedangkan, Pijat adalah setelah meminta tolong, sambil menunggu bantuan datang, lakukan saja pemijatan tanpa terlebih dahulu memeriksa denyut nadinya. Posisi pemijatan di tengah – tengah sternum atau tulang dada.

Posisi penolong harus tegak lurus agar tenaga yang dihasilkan optimal . Posisi ini sangat penting untuk mengoptimalkan hasil tindakan dan merelaksasi tubuh penolong agar ergonomis.

Kedalaman pijat jantung luar ini sekitar 4-6 cm. Atau gunakan insting untuk memastikan bahwa penekanan kita kuat tapi tak sampai mematahkan tulang di dada, tak terlalu kencang sehingga jantung belum mengembang optimal langsung kita tekan lagi, dan tak terlalu pelan sehingga pemompaan jantung tak optimal.

Dengan metode “pak tolong pijat” ini diharapkan masyarakat awam akan lebih mudah menghapalkan, memahami dan mengimplementasikannya ketika menemukan kasus demikian.

Catatan pentingnya adalah, hand-only CPR hasil nya tidak lebih buruk dari CPR yang dilakukan oleh profesional tenaga kesehatan.

Disampaikan oleh. Dr. Dudut Tanjung, M.Kep, SpKMB

(Dosen Keperawatan Medikal Bedah FKep USU~Ketua Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Provinsi Sumatera Utara)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *